Oleh Halil Subagiono
Guru Bahasa Indonesia MAN 1 Praya
Angin di ujung waktu
mencakar angan
dalam jubah waktu
Tak pasti
Langit menangis
mendesah meratap nasib anak negeri
kehilangan ozon
tempat berpijak
kehilangan perawan kepercayaan
tempat berpegang
Gumi paer sapu jagat pun bertanya:
“Kemana arah parahu didayungkan
tuk membawa keselamatan diri?”
Anak negeri menjawab tanpa beban:
“Biarlah parahu kami kami kayuh
ke sebuah negeri tak bertuan
sebab kami bosan diperbudak sebagai objekan
oleh sebuah sistem mati yang dibudayakan dan diperbudak
sebab kami pun tak bisa bilang Tak!
kami selalu dicekoki logika-logika kebohongan
kami selalu dicekoki rumus-rumus palsu
hamparan nilai-nilai palsu
yang melahirkan ijazah dan jabatan palsu
tanpa pernah tahu akan maknanya
meski di rumah sendiri.”
Mentari menjawab:
“Keringkan keringat kotor dalam pikiran kotormu dengan Cahyaku
Anak-anak negeri tatap sembilu wajahku
dalam setiap jengkal laju perahumu
di balik rimbun cahyaku akan terjawab
negeri yang kalian cari
ada dalam pikiran dan denyut jantung kalian
dalam tasbih kebenaran
dalam jubah ayat-ayat perlindungan
dalam surat-surat perjuangan yang berdarah
bagimu anak-anak negeri.”
(Gumi Paer Menangis 2012, Halil Subagiono Man 1 Praya)
mencakar angan
dalam jubah waktu
Tak pasti
Langit menangis
mendesah meratap nasib anak negeri
kehilangan ozon
tempat berpijak
kehilangan perawan kepercayaan
tempat berpegang
Gumi paer sapu jagat pun bertanya:
“Kemana arah parahu didayungkan
tuk membawa keselamatan diri?”
Anak negeri menjawab tanpa beban:
“Biarlah parahu kami kami kayuh
ke sebuah negeri tak bertuan
sebab kami bosan diperbudak sebagai objekan
oleh sebuah sistem mati yang dibudayakan dan diperbudak
sebab kami pun tak bisa bilang Tak!
kami selalu dicekoki logika-logika kebohongan
kami selalu dicekoki rumus-rumus palsu
hamparan nilai-nilai palsu
yang melahirkan ijazah dan jabatan palsu
tanpa pernah tahu akan maknanya
meski di rumah sendiri.”
Mentari menjawab:
“Keringkan keringat kotor dalam pikiran kotormu dengan Cahyaku
Anak-anak negeri tatap sembilu wajahku
dalam setiap jengkal laju perahumu
di balik rimbun cahyaku akan terjawab
negeri yang kalian cari
ada dalam pikiran dan denyut jantung kalian
dalam tasbih kebenaran
dalam jubah ayat-ayat perlindungan
dalam surat-surat perjuangan yang berdarah
bagimu anak-anak negeri.”
(Gumi Paer Menangis 2012, Halil Subagiono Man 1 Praya)