Oleh Halil Subagiono
Guru Bahasa Indonesia MAN 1 Praya
langit makin mendung
bentangan cakrawala menulis kaki langit
di pundak anak negeri
hujan tak henti menangis
angin tak henti meraung
langit tak henti bersedih
rasa pun tak henti merintih
bak legenda putri mandalika ditawan arya bumbang
hidupkan Hidupmu wahai anak negeri
rasakan nuansa baru dalam getaran bumi dan langit
bukalah daun jendela rahasia dari pintu rahasia
Agar Tak!
bulan sabit tertawan awan kelabu
bintang kejora mengintip di sela-sela rumpun bambu
Tuk membakar potret buram perjuangan anak negeri
dalam rasa dimanja
dalam kerja sia-sia
antara ada dan tiada
dari kekosongan menuju makna
Tak mau tak!
Praya, 04 Februari 2012
Halil Subagiono, MAN 1 Praya
HP O818055280912
bentangan cakrawala menulis kaki langit
di pundak anak negeri
hujan tak henti menangis
angin tak henti meraung
langit tak henti bersedih
rasa pun tak henti merintih
bak legenda putri mandalika ditawan arya bumbang
hidupkan Hidupmu wahai anak negeri
rasakan nuansa baru dalam getaran bumi dan langit
bukalah daun jendela rahasia dari pintu rahasia
Agar Tak!
bulan sabit tertawan awan kelabu
bintang kejora mengintip di sela-sela rumpun bambu
Tuk membakar potret buram perjuangan anak negeri
dalam rasa dimanja
dalam kerja sia-sia
antara ada dan tiada
dari kekosongan menuju makna
Tak mau tak!
Praya, 04 Februari 2012
Halil Subagiono, MAN 1 Praya
HP O818055280912