Karya
: Lu’ Luul Jannatunnaim
Siswi kelas XII program bahasa MAN 1
Praya
Mentari pagi
mulai keluar dari peraduannya, menyapa para insan yang siap menjalani aktivitas
seperti biasanya, begitu juga dengan Raihan. Cewek imut, baik hati tidak
sombong, cantik, murah senyum dan pintar ini. Raihan adalah salah satu dari
sekian banyak siswa yang beruntung bersekolah di sekolah yang terbilang cukup
populer di Praya ini.
Seperti
biasanya, sebelum berangkat sekolah Raihan selalu membantu ibunya bersih-bersih
dan memanaskan mesin motor tua yang selalu menemaninya kemana saja dia pergi.
Tidak seperti kebanyakan cewek zaman sekarang yang gengsinya minta ampun jika
harus membawa motor tua kemana saja.
Raihan tetap
bersyukur karena dia masih diberikan kesempatan untuk mengeyam bangku sekolah
meski dengan fasilitas yang sederhana. Raihan juga adalah salah satu anggota
OSIS. OSIS yang memang selalu identik dengan yang namanya aktivitas yang super
banyaknya, sehingga jarang dari mereka harus menginap disekolah untuk
menyelesaikan tugas-tugas mereka.
Namun Raihan
tidak pernah mengeluh, meski jadwal kegiatannya selalu full setiap hari.
Seperti hari ini, Raihan harus pagi-pagi sekali berangkat sekolah karena ada
kegiatan OSIS nanti siang yang segala sesuatunya harus dipersiapkan dengan
matang.
Raihan
memijakkan kakinya di halaman depan sekolah yang belum terlalu banyak siswa
yang datang, baru hanya beberapa saja yang datang. Raihan mengedarkan
pandangannya kesekeliling penjuru sekolah, mungkin saja sosok yang dia harapkan
menjadi pendampingnya sejak beberapa minggu terakhir ini muncul secara
tiba-tiba di depan matanya.
Namun, sudah
beberapa menit ia mengedarkan pandangannya, sosok itu belum juga ia temukan.
Raihan melirik jam tangan yang menempel manis di tangan kirinya. “Pantes baru
jam 6.15, mana mungkin dia datang sepagi ini” desah Raihan dalam hati.
Dengan
langkah yang pasti, Raihan mengayunkan langkah kakinya menuju kelas XI-IPA di mana
dia berkelas. Sesaat mata Raihan terfokus pada sepasang kupu-kupu yang terbang
kian kemari dan hinggap pada salah satu bunga sepatu yang mulai mekar.
“Andai saja
aku bisa selalu pergi bersama Angga kemanapun aku ingin seperti kupu-kupu ini,
mungkin aku akan menjadi cewek yang paling bahagia di dunia ini” batin Raihan tanpa mengalihkan
pandangannya.
“Hayo lagi apa?”
terdengar suara cewek mengagetkan Raihan
Raihan
tersentak kaget “Ah kamu Rin,,, bikin aku kaget aja!”
“Lagian kamu
sih, masih pagi udah bengong sambil jongkok… Ntar kalau kamu kesambet setan
gimana?” ucap Ririn panjang lebar
“Siapa yang
bengong,, aku lagi ngamatin sepasang kupu-kupu itu!” ucap Raihan membela
dirinya
“Ohhhh…. Ya
udah kelas yuk!”
“Ya….”
Raihan dan
Ririn berjalan beriringan menuju kelas mereka yang tepat bersebelahan dengan
kantin, jadi tidak akan repot untuk mereka jika mereka lapar. Ketika mereka
baru ingin membuka pintu kelas, seorang cowok bertubuh tinggi tegap berlari
kearah mereka.
“Raihan….”
Teriak cowok itu yang jaraknya tinggal beberapa langkah lagi dari mereka.
Raihan
sontak menoleh kearah suara. “Angga” ucap Raihan lirih. Entah kenapa hatinya
langsung merasakan sesuatu yang aneh, suatu yang tidak seperti biasanya. Degup
jantungnya pun berdegup lebih cepat dari biasanya…
Untuk
sejenak ia terpaku melihat sosok Angga yang berjalan menuju arahnya. Diam-diam
Ririn memperhatikan sikap sahabatnya yang tidak seperti biasanya itu, Ririn akhirnya
mengerti mengapa akhir-akhir ini Raihan selalu tersenyum sendiri jika melihat
sosok Angga.
“Rai!” ucap
Ririn menyenggol tubuh Raihan untuk menyadarkannya
“Eh ya!”
ucap Raihan kaku
“Kamu
ngelamun ya?” bisiknya
Raihan hanya
diam dan menggelengkan kepalanya pelan.
“Eh Rai,,
nanti sebelum bel masuk tolong kumpul diruang OSIS ya!” ucap Angga setelah
jaraknya hanya beberapa senti saja dengan Raihan
“Kok pagi
banget sih kumpulnya? Bukannya nanti setelah bel istirahat ya?”
“Dimajuin!
Soalnya masih banyak persiapan yang belum rampung!”
“Oh!!”
“Kayak kamu
nggak suka aja ngumpul-ngumpul bareng dia!” celetuk Ririn yang sedari tadi
hanya diam
“Maksud kamu?”
ucap Angga mengerutkan alisnya
“Ah nggak
apa-apa kok lupain aja!”
“Kamu
apa-apain sih Rin!” ucap Raihan sinis
Ririn hanya
tersenyum jahil, ia tidak berani berkata apa-apa lagi kalau Raihan sudah marah
seperti itu.
“Ya udah
Rai, aku masuk kelas dulu ya!” ucap
Angga pamit
“Ya, sampai
ketemu di sana“
Angga tidak
menjawab, ia hanya mengangguk dan tersenyum manis. Senyuman yang mampu membuat
Raihan tersihir, yang juga mampu membuat degup jantungnya berdegup tak menentu
akhir-akhir ini.
“Aku tau kok
kalau kamu itu suka kan sama si Angga!”
“Hust… Ngaco
kamu! Angga kan udah punya pacar!”
“Meski Angga
udah punya pacar, tapi status pacaran itu nggak berarti kalau Angga itu nggak
bisa cari cewek lain! Bapak-bapak yang udah punya anak 3 juga masih suka goda
cewek lain!”
“Walaupun
begitu, aku nggak suka jadi perusak hubungan orang!” ucap Raihan meninggalkan
Ririn
“Kamu ngomong
begitu karena kamu takut kan!”
Ucapan Ririn
sontak menghentikan langkah kaki Raihan, ia memalingkan mukanya kearah Raihan.
Raut wajahnya menggambarkan tak mengerti akan apa yang diucapkan Ririn barusan.
“Maksud
kamu?” mengerutkan sebelah alisnya
Ririn
tersenyum simpul “Masa lalu sayang” ucapnya menepuk pundak Raihan.
Raihan
menundukkan kepalanya, entah apa yang dipikirkannya saat itu. Keheningan
mendekap mereka, Ririn merasa bersalah telah berkata seperti itu.
“Are you ok?”
tanya Ririn khawatir
Raihan tak
menjawab, ia masih menunduk dan terdengar dengan jelas suara desahan nafasnya.
Ririn hanya terdiam, ia tidak tahu harus melakukan apa. Hingga akhirnya Raihan
mengangkat wajahnya dan tersenyum simpul memandang Ririn.
“Aku
baik-baik saja kok! Dan sekarang aku harus kumpul nih! Ntar kalau kumpulin pr
kimia tolong kumpulin aku juga ya, buku aku ada di tas!” ucap Raihan sambil
berlalu
“Kamu
baik-baik saja kan?” teriak Ririn
Raihan
berbalik dan hanya tersenyum manis tanpa mengeluarkan sedikitpun kata-kata.
Ririn merasa sangat bersalah dan menyalahkan dirinya, tapi ia yakin kalau
Raihan pasti akan kembali ceria seperti biasanya.
***
Semua murid
dan guru berkumpul menjadi satu di lapangan fuutsall, sebentar lagi tim
fuutsall kebanggaan sekolah akan bertanding melawan tim fuutsall SMK 1. Seperti
biasanya jika ada acara yang menyangkut sekolah, OSIS selalu sigap dan siap
dalam segala hal.
Raihan
terlihat sibuk mondar-mandir dari lapangan keruang OSIS, entah apa yang dia
lakukan. Sedangkan Ririn hanya memperhatikannya dari kejauhan, kadangkala ia
merasa kasihan melihat Raihan yang selalu sibuk dan seakan tidak ada waktu untuknya
istiharat. Tapi bukan namanya Raihan jika cepat lelah dan menyerah.
Sebentar
lagi pertandingan akan dimulai, semua murid yang jadi tim supporter siap dengan
yel-yel masing-masing. Pertandingan berjalan dengan lancar, hingga tim lawan
berhasil menjebolkan gawang tim kebanggaan sekolah. Dan sontak saja semua
supporter berteriak kecewa.
Pertandingan
terus berjalan dengan alot, hingga tim kebanggaan sekolah menderita kekalahan
4-6. Semua murid dan juga guru kecewa dengan kekalahan itu.
“Ahh apa
nggak seru! Kalah di kandang sendiri apalagi besok di kandang lawan!” celetuk
salah satu murid yang kecewa dengan kekalahan tim sekolah
Raihan hanya
diam mendengar semua pendapat masing-masing temannya yang berbeda-beda itu.
***
Seperti
biasanya jika tidak ada guru, Raihan selalu menyempatkan dirinya untuk membaca
novel yang dipinjamnya dari Ririn. Raihan memilih untuk menyendiri di pojok
kelas biar nggak ada yang mengganggunya membaca novel. Ririn yang baru kembali
dari kantin bingung sendiri mencari-cari Raihan, diedarkannya pandangannya,
tapi tetap saja ia tidak menemukan sosok Raihan.
“Eh Nan,
liat Raihan nggak?” tanyanya ke Nanda yang lagi khusuk ngotak-atik laptopnya
Mengangkat
wajahnya yang sedari tadi menunduk “Nggak tau, mungkin dibelakang atau perpus!”
jawabnya singkat
Ririn
menarik nafas berat mendengar jawaban Nanda yang sedikit acuh. Hingga ia
akhirnya memutuskan untuk mencari Raihan disetiap pojok kelas yang sebenarnya
tidak terlalu luas itu.
“Tuh dia ni
anak!” melihat Raihan duduk dipojok belakang kelas
Ririn
menghampiri Raihan yang sedang khusuk membaca novel.
“Disini
ternyata kamu!” ucap Ririn setelah disamping Raihan
“Emang
kenapa?” tanya Raihan tanpa menoleh
“Nggak ada
sih, aku cari kamu aja!”
“Oh”
Ririn
membuka snack yang tadi dibawanya “Mau nggak?” menawarkan Raihan
“Nggak
makasih Rin”
Mereka
kembali pada kesibukan mereka masing-masing, hingga Ririn kembali membuka
pembicaraan.
“Eh ya kamu
udah tau belum tentang Angga” setengah berbisik
“Angga?”
menatap Ririn dan mengerutkan keningnya
“Ya Angga”
jawab Ririn mantap
“Ada apa
dengan dia?” menutup novel yang dibacanya dan membenarkan cara duduknya
“Dia udah
putus sama Anya!”
“Kok bisa?”
“Nggak tau
juga, tapi kata temen-temen itu sih mereka udah nggak ada kecocokan lagi. Terus
kalau katanya Lala sih…..”
“Lala? Lala
yang mana?” memotong ucapan Ririn
“Nggak usah
motong pembicaraan orang dulu napa! Lala temennya Anya itu loh..”
“Oh terus?”
“Katanya sih
Angga mau sendiri dulu, tapi kalau feelingnya Lala sendiri Angga itu lagi suka
sama cewek lain”
“Oh gitu!
Terus hubungannya ama aku apa?”
“Ya ini kesempatan
kamu deketin Angga lah!”
“Nggak ah,
aku nggak mau dicap sebagai cewek perusak hubungan orang. Lagian aku juga udah
seneng bisa deket kayak gini sama Angga!”
“Deket?
Deket gimana maksud kamu?” tanya Ririn tak mengerti
“Emang aku
nggak pernah cerita ya?” ucap Raihan balik nanyak
Ririn
menggelengkan kepalanya.
“Ya udah aku
certain sekarang!”
Raihan
menarik nafas panjang dan mulai menceritakan semua yang dialaminya beberapa
minggu terakhir ini tentang kedekatannya dengan Angga, yang mulai membuatnya
merasakan sesuatu yang berbeda dengan Angga.
“Jadi kamu
udah deket sama dia?”
Raihan
mengangguk pelan dengan senyuman manis menghiasi bibir mungilnya. Rasa yang
berbeda itu kembali memeluknya dengan hangat, entah kenapa setiap kali ia
mendengar nama Angga, cerita tentang Angga, ngomong bareng Angga, ia selalu
merasa bahagia.
***
Hari-hari
berlalu seperti biasa, namun sesuatu yang baru mulai menghampiri diri Raihan.
Kedekatannya dengan Angga akhir-akhir ini membuat dirinya semakin memiliki rasa
sayang untuk Angga. Hingga hari ini ia benar-benar tidak menyangka akan apa
yang barusan dikatakan Angga. Angga menyatakan cintanya setelah cukup lama
kedekatan ini ia jalani.
“Aku
sebenarnya suka sama kamu Rai, mau nggak kamu jadi pacar aku?”
Begitulah
kata yang diucapkan Angga tadi sore, ditaman depan sekolah dengan suasana yang
cukup romantis. Hujan gerimis yang turun sedang dengan rona awan yang merah
keorange yang membuat suasana sore itu menjadi romantis menurut Raihan.
“Aku… Aku
nggak tau Ngga, kasih aku waktu untuk berpikir dulu!”
“Tenang aja
Rai, aku juga nggak mau kamu nerima aku karena terpaksa, aku siap kok nunggu kamu
sampai kamu mau nerima aku!”
Semua yang
mereka bicarakan tadi sore masih saja terngiang di telinga Raihan. Kini Raihan
bingung harus menjawab apa. Jika ia menerima Angga, berarti ia telah melanggar
sumpah OSIS dan sudah menghancurkan hati Anya, tapi perasaannya tidak bisa
disembunyikan lagi.
Tapi, kalau
dia tidak menerima Angga, ia takut untuk mengecewakan Angga dan juga tentunya
hatinya sendiri. Di tengah kebingungan hati dan pikirannya untuk menentukan
keputusan apa yang akan diambilnya, hpny berdering yang menandakan ada telpon
masuk.
Diraihnya hp
yang ada diatas meja belajarnya, dilihatnnya nama yang tertera dilayar monitor hpnya. “Ririn, kebetulan dia nelpon”
batin Raihan.
“Halo… Ada
apa Rin?” ucap Raihan menyapa duluan
“Halo juga,
nggak ada apa-apa. Cuma mau nanyak kamu lagi dimana?”
“Dirumah,
ada apa?”
“Aku kesana
ya, ada yang mau aku omongin!”
“Ya udah aku
tunggu!”
Raihan
menutup telponnya, belum saja Raihan menaruh kembali hpnya, Ririn sudah saja
nongol didepannya.
“Loh kok
kamu udah di sini? Bukannya tadi baru mau jalan ya?”
“Hehehehe….
Aku udah ada didepan rumah kamu dari tadi tau, terus mau jalan kekamar kamu!”
“Oh, tapi
lain kali jangan kayak gini lagi, bikin kaget aja! Eh ya, katanya mau ngomong,
mau ngomongin apa?”
“Mau nanyak,
kata temen-temen itu tadi sore kamu ditembak Angga ya?”
“Ditembak?
Ya matilah aku kalau ditembak!” jawabnya sedikit bercanda
“Nggak usah
becanda deh! Serius nih!”
“Ya ya, udah!”
“Terus?”
“Terus apa?”
“Kamu terima
dia apa nggak?”
“Belum aku
jawab!”
“Kenapa?”
“Ya
begitulah!”
Pembicaraan
mereka terus berlarut tentang Angga hingga larut malam. Mereka bertukar pendapat
tentang pandangan mereka terhadap Angga, Anya dan teman-teman yang lainnya jika
mereka tahu kalau Raihan dan Angga pacaran.
“Jangan
dengerin kata orang ok! Yang jalanin itu semua kamu, bukan mereka! Jangan
dijawab aku mau pulang, sampai ketemu besok pagi!” ucap Ririn akhirnya setelah
perdebatan panjang mereka tentang Angga.
“Ya udah
hati-hati!”
Ririn
akhirnya pulang dan Raihan kembali larut dalam kebingungan hati dan pikirannya.
Pilih Angga atau Organisasi. Raihan masih bingung ! Ia mencoba untuk tidak memikirkan
hal itu, hingga ia terlelap dalam tidur indahnya.
***
Hari yang
sudah dijanjikan Raihan untuk menjawab pertanyaan Angga tempo hari sudah tiba,
sebenarnya ia masih bingung untuk manjawab apa, tapi Ririn selalu mencoba untuk
meyakinkannya untuk menerima Angga.
“Aku tunggu
kamu nanti pulang sekolah ya!” ucap Angga saat mereka berpapasan
Raihan tidak
konsen mengikuti pelajaran dari jam ketiga sampai terakhir, ia terlalu gelisah
dengan apa yang akan terjadi nanti.
“Udahlah
tenang aja, semua akan baik-baik aja kok!” ujar Ririn menenangkannya.
Raihan
mencoba untuk mengikuti saran Ririn agar tidak terlalu khawatir dan grogi, tapi
tidak bisa. Hingga akhirnya bel pulang berdering, Raihan semakin tidak bisa
tenang, jantungnya berdegup tak menentu, tangannya dingin sedingin es. Ririn
hanya tersenyum simpul melihat kelakuan sahabatnya itu.
“Kamu itu
kayak orang yang mau pergi olimpiade aja!”
“Udah ah
diem aja!”
“Ya ya”
Raihan
melangkahkan kakinya menuju taman belakang dimana Angga telah menunggunya
didampingi Ririn, namun Ririn hanya sampai gerbang saja.
“Udah sana
jalan! Ganbatte!”
Raihan
mengangguk, ia berjalan mendekati Angga dan menyentuh pundak Angga dengan pelan
hingga mampu membuat Angga sedikit terkejut.
“Eh Rai..
Ayo duduk!”
Raihan mengikuti
kata Angga. Mereka berdua terdiam cukup lama hingga Raihan memberanikan dirinya
untuk bicara duluan.
“Masalah
yang tempo hari…..”
“Ya….”
Penasaran menunggu ucapan Raihan selanjutnya
“Aku mau…”
“Yes!”
Raihan
tersenyum melihat ekspresi Angga yang seperti anak kecil yang menang
pertandingan bola.
“Tapi, kamu
harus janji buat nggak kasih tahu siapa-siapa!”
“Janji!”
Hari ini
menjadi hari yang paling membahagiakan bagi Raihan dan Angga, namun diam-diam
Raihan masih menyimpan rasa takut, takut karena telah melanggar sumpah OSIS,
takut dicap sebagai cewek penghancur hubungan orang dan takut jika suatu saat
nanti ia harus dikeluarkan dari OSIS.
***
Hari terus
berganti tanpa jeda, hubungan Raihan dengan Angga semakin harmonis, namun
kedekatan mereka membuat teman-teman sekolah maupun Raka siketua OSIS menyimpan
seribu pertanyaan dan kecurigaan.
Kecurigaan
teman-temannya dirasakan oleh Raihan, namun apa yang harus dilakukannya, nasi
sudah menjadi bubur. Kini Raihan tinggal menunggu apa yang akan terjadi
selanjutnya pada dirinya.
Benar saja,
hari ini semua anggota OSIS diharuskan kumpul diruang secretariat OSIS tanpa
terkecuali. Raihan merasa akan ada sesuatu yang buruk terjadi padanya, ia
mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri dan selalu berpikir positif, namun
tidak bisa. Raihan terus gelisah, hingga waktu yang telah ditentukan untuk
berkumpul diruang sekretariat tiba.
“Sebelumnya
saya ucapkan terima kasih kepada kalian semua karena sudah menyempatkan diri
hadir dalam rapat hari!.... Langsung saja, hari ini kita akan membahas tentang masalah
pelanggaran sumpah OSIS!” ujar Raka siketua OSIS membuka rapat.
Deg… Jantung
Raihan berhenti berdetak satu detik dan berdetak tak menentu, fillingnya
tentang hal ini akan terjadi benar-benar terjadi. Raut wajah Raihan yang
tadinya seperti biasa langsung berubah pucat pasi, telapak tangannya dingin
sedingin es dan jantungnya berdetak tak karuan.
“Kamu nggak
apa-apa kan Rai?” tanya Ita yang duduk di sebelahnya
“Nggak apa-apa
kok, cuma pusing sedikit aja!” bohongnya
Rapat terus
berlanjut sampai tiba pada titik permasalahannya yang membuat Raihan semakin
tidak tenang, sedangkan Angga yang sesekali dilirik Raihan terlihat tetap
tenang seperti tidak akan terjadi apa-apa.
“Mungkin
teman-teman sesama anggota OSIS juga merasakan apa yang seperti saya rasakan!”
ucap Raka
“Kalau boleh
saya tau itu apa ya pak ketua?” tanya Bagas pura-pura tidak tahu.
“Anda jangan
pura-pura tidak tau seperti itu! Kita semua disini itu sudah tau yang sebenarnya!”
ucap Raka melihat Angga dan Raihan bergantian.
Raihan
menatap Angga yang sedari tadi diam dengan sekilas dan buru-buru menundukkan
kepalanya.
“To the poin
aja Raka!” ucap Sisil
Raka
mengangguk mantap “Ok, to the poin aja yah! Kita semua disini sudah tau apa
yang sebenarnya terjadi diantara kalian…” menggantungkan ucapannya dan milihat
Angga dan Raihan bergantian.
“Saya rasa
kalian berdua tau apa yang saya maksudkan, dan sekarang kalian akan memilih,
apakah kalian akan tetap jadi anggota OSIS dan kalian hanya berteman atau
diantara kalian ada yang ingin mengundurkan diri?” tanya Raka tegas
Raihan kaget
mendengar perkataan Raka, kini ia harus memilih salah satunya, sedangkan ia
masih ingin menjadi anggota OSIS dan tidak mungkin juga harus putus dengan
Angga. Sedangkan Angga tetap saja diam, seakan ia tidak mau tahu dengan apa
yang terjadi sekarang.
Tanpa terasa
air mata mengalir membasahi pipi Raihan, ia tidak tahu harus melakukan apa.
Semua anggota OSIS yang hadir hanya diam, diantara mereka belum ada yang berani
angkat bicara, mereka masih menunggu keputusan Angga dan Raihan. Cukup lama
kebisuan mencekam mereka, hingga akhirnya Raihan angkat bicara.
“Jujur, aku
bingung harus memilih yang mana, ini adalah pilihan yang berat. Menjadi anggota
OSIS, aku masih mau. Sedangkan harus menjadi teman biasa…” menarik nafas
panjang “aku belum bisa!”
Raka melihat
Angga “Terus bagaimana dengan anda?”
“Aku tidak
tau, aku juga bingung!” jawab Angga singkat
“Anda itu
laki-laki, jadi anda harus bisa memilihnya !” jawab Raka tegas
Baik Angga
maupun Raihan tidak ada yang berbicara, mereka hanya diam. Raihan masih
menangis sesenggukan, ia tidak bisa menjawab apapun.
“Jika
diantara kalian tidak ada yang bisa menjawabnya, berarti salah satu diantara
kalian harus ada yang mengundurkan diri!” ucap Raka akhirnya
Raihan
semakin menitikkan air mata, ia sudah tidak sanggup lagi mendengar semua
kata-kata yang keluar dari bibir sang ketua. Raihan ingin sekali rasanya keluar
dari ruangan ini, namun ia tidak mampu, ia yang telah mengambil keputusan untuk
menjalani hubungan ini dengan Angga dan sekarang ia harus berani menanggung
semua akibatnya.
“Aku akan
mengeluarkan diri dari keanggotaanku di OSIS! Dan aku minta maaf jika
perbuatanku selama ini membuat kalian kecawa, sekali lagi aku minta maaf!” ucap
Raihan akhirnya
Raihan
berlari keluar meninggalkan ruangan secretariat. Angga ingin mengejarnya, namun
dihalangi oleh Ita dan Bagas.
“Biarkan
saja dia sendiri dulu, mungkin hal ini belum bisa dia terima!” ucap Bagas
Angga
mengurungkan niatnya dan kembali duduk ditempatnya semula, namun jujur dari
hatinya yang terdalam ia merasa bersalah. Ini semua sepenuhnya bukan salah
Raihan, namun dirinya, karena dirinya lah yang lebih dulu menceritakan ini
semua kepada Bima sahabatnya, dan mungkin saja ada yang mendengarnya.
Sedangkan
Raihan masih terpuruk dengan ini semua, ia masih belum bisa menerima kenyataan
yang sebenarnya. Meskipun ia telah rela melepaskan jabatannya di OSIS, ia juga
harus rela melepaskan Angga, orang yang dicintainya. Namun Raihan tetap
berusaha menerima ini semua dengan sabar.
“Mungkin ini
semua sudah takdirku dan mungkin juga Angga bukanlah yang terbaik untukku. Aku
tidak boleh terus terpuruk seperti ini, aku harus bangkit! Aku akan membuktikan
kalau aku bisa tanpa Angga!” tekad Raihan.
Memang ini
bukanlah hal yang mudah bagi Raihan, namun ia tetap harus menerimanya. Biarlah
ia merelakan cintanya kandas oleh organisasi ini, asalkan semuanya kembali
seperti sediakala dan tidak ada lagi kesalah pahaman diantara teman-temannya.
“Cinta tidak
selamanya harus saling memiliki, namun cinta yang sejati adalah cinta yang
diberikan tanpa berharap ia kan membalasnya.”
SEKIAN
PRAKARTA
Alhamdulillah
akhirnya cerpen yang nggak terlalu panjang ini jadi juga, setelah kurang lebih
1 minggu peras otak untuk menempatkan kata-kata yang tepat dan merangkainya
menjadi cerpen ini (lebay banget, banget aja nggak lebay… hahahay).
Aku nulis
cerpen ini karena terinspirasi dari kisah teman-teman kita di OSIS, ini kisah
nyata loh ! Meski hanya 80% nya sih, tapi nggak apa-apa yang penting jadikan.
Thanks ya buat kalian yang udah memberikan aku inspirasi yang berharga ini. And
sorry banget ya kalau aku nggak ngomong dulu sama kalian kalau aku udah ambil
kisah kalian jadi cerpen aku.
Terus thanks
juga buat si ketua OSIS, M. Zakaria karena udah baik banget kasih tau tentang
masalah yang menyangkut OSIS meski hanya sedikit, tapi itu berguna banget buat
cerpen aku ini. Terus buat temen aku yang aku samarin namanya jadi Angga, Anya
dan Raihan, sory banget ya kalau kisah yang aku tulis ini agak melenceng dari
kisah kalian yang sebenarnya, karena aku takut kalau aku tulis cerita yang
aslinya, ntar identitas kalian ketahuan donk !
And yang
terakhir,, aku sayang sama kalian semua!!!