Home » » Cinta Terhalang Organisasi

Cinta Terhalang Organisasi

Written By MAN 1 PRAYA on Jumat, 14 Februari 2014 | 01.08



Karya : Lu’ Luul Jannatunnaim
 Siswi  kelas XII program bahasa  MAN 1 Praya

Mentari pagi mulai keluar dari peraduannya, menyapa para insan yang siap menjalani aktivitas seperti biasanya, begitu juga dengan Raihan. Cewek imut, baik hati tidak sombong, cantik, murah senyum dan pintar ini. Raihan adalah salah satu dari sekian banyak siswa yang beruntung bersekolah di sekolah yang terbilang cukup populer di Praya ini.
Seperti biasanya, sebelum berangkat sekolah Raihan selalu membantu ibunya bersih-bersih dan memanaskan mesin motor tua yang selalu menemaninya kemana saja dia pergi. Tidak seperti kebanyakan cewek zaman sekarang yang gengsinya minta ampun jika harus membawa motor tua kemana saja.
Raihan tetap bersyukur karena dia masih diberikan kesempatan untuk mengeyam bangku sekolah meski dengan fasilitas yang sederhana. Raihan juga adalah salah satu anggota OSIS. OSIS yang memang selalu identik dengan yang namanya aktivitas yang super banyaknya, sehingga jarang dari mereka harus menginap disekolah untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka.
Namun Raihan tidak pernah mengeluh, meski jadwal kegiatannya selalu full setiap hari. Seperti hari ini, Raihan harus pagi-pagi sekali berangkat sekolah karena ada kegiatan OSIS nanti siang yang segala sesuatunya harus dipersiapkan dengan matang.
Raihan memijakkan kakinya di halaman depan sekolah yang belum terlalu banyak siswa yang datang, baru hanya beberapa saja yang datang. Raihan mengedarkan pandangannya kesekeliling penjuru sekolah, mungkin saja sosok yang dia harapkan menjadi pendampingnya sejak beberapa minggu terakhir ini muncul secara tiba-tiba di depan matanya.
Namun, sudah beberapa menit ia mengedarkan pandangannya, sosok itu belum juga ia temukan. Raihan melirik jam tangan yang menempel manis di tangan kirinya. “Pantes baru jam 6.15, mana mungkin dia datang sepagi ini” desah Raihan dalam hati.
Dengan langkah yang pasti, Raihan mengayunkan langkah kakinya menuju kelas XI-IPA di mana dia berkelas. Sesaat mata Raihan terfokus pada sepasang kupu-kupu yang terbang kian kemari dan hinggap pada salah satu bunga sepatu yang mulai mekar.
“Andai saja aku bisa selalu pergi bersama Angga kemanapun aku ingin seperti kupu-kupu ini, mungkin aku akan menjadi cewek yang paling bahagia di  dunia ini” batin Raihan tanpa mengalihkan pandangannya.
“Hayo lagi apa?” terdengar suara cewek mengagetkan Raihan
Raihan tersentak kaget “Ah kamu Rin,,, bikin aku kaget aja!”
“Lagian kamu sih, masih pagi udah bengong sambil jongkok… Ntar kalau kamu kesambet setan gimana?” ucap Ririn panjang lebar
“Siapa yang bengong,, aku lagi ngamatin sepasang kupu-kupu itu!” ucap Raihan membela dirinya
“Ohhhh…. Ya udah kelas yuk!”
“Ya….”
Raihan dan Ririn berjalan beriringan menuju kelas mereka yang tepat bersebelahan dengan kantin, jadi tidak akan repot untuk mereka jika mereka lapar. Ketika mereka baru ingin membuka pintu kelas, seorang cowok bertubuh tinggi tegap berlari kearah mereka.
“Raihan….” Teriak cowok itu yang jaraknya tinggal beberapa langkah lagi dari mereka.
Raihan sontak menoleh kearah suara. “Angga” ucap Raihan lirih. Entah kenapa hatinya langsung merasakan sesuatu yang aneh, suatu yang tidak seperti biasanya. Degup jantungnya pun berdegup lebih cepat dari biasanya…
Untuk sejenak ia terpaku melihat sosok Angga yang berjalan menuju arahnya. Diam-diam Ririn memperhatikan sikap sahabatnya yang tidak seperti biasanya itu, Ririn akhirnya mengerti mengapa akhir-akhir ini Raihan selalu tersenyum sendiri jika melihat sosok Angga.
“Rai!” ucap Ririn menyenggol tubuh Raihan untuk menyadarkannya
“Eh ya!” ucap Raihan kaku
“Kamu ngelamun ya?” bisiknya
Raihan hanya diam dan menggelengkan kepalanya pelan.
“Eh Rai,, nanti sebelum bel masuk tolong kumpul diruang OSIS ya!” ucap Angga setelah jaraknya hanya beberapa senti saja dengan Raihan
“Kok pagi banget sih kumpulnya? Bukannya nanti setelah bel istirahat ya?”
“Dimajuin! Soalnya masih banyak persiapan yang belum rampung!”
“Oh!!”
“Kayak kamu nggak suka aja ngumpul-ngumpul bareng dia!” celetuk Ririn yang sedari tadi hanya diam
“Maksud kamu?” ucap Angga mengerutkan alisnya
“Ah nggak apa-apa kok lupain aja!”
“Kamu apa-apain sih Rin!” ucap Raihan sinis
Ririn hanya tersenyum jahil, ia tidak berani berkata apa-apa lagi kalau Raihan sudah marah seperti itu.
“Ya udah Rai, aku masuk kelas dulu  ya!” ucap Angga pamit
“Ya, sampai ketemu di sana“
Angga tidak menjawab, ia hanya mengangguk dan tersenyum manis. Senyuman yang mampu membuat Raihan tersihir, yang juga mampu membuat degup jantungnya berdegup tak menentu akhir-akhir ini.
“Aku tau kok kalau kamu itu suka kan sama si Angga!”
“Hust… Ngaco kamu! Angga kan udah punya pacar!”
“Meski Angga udah punya pacar, tapi status pacaran itu nggak berarti kalau Angga itu nggak bisa cari cewek lain! Bapak-bapak yang udah punya anak 3 juga masih suka goda cewek lain!”
“Walaupun begitu, aku nggak suka jadi perusak hubungan orang!” ucap Raihan meninggalkan Ririn
“Kamu ngomong begitu karena kamu takut kan!”
Ucapan Ririn sontak menghentikan langkah kaki Raihan, ia memalingkan mukanya kearah Raihan. Raut wajahnya menggambarkan tak mengerti akan apa yang diucapkan Ririn barusan.
“Maksud kamu?” mengerutkan sebelah alisnya
Ririn tersenyum simpul “Masa lalu sayang” ucapnya menepuk pundak Raihan.
Raihan menundukkan kepalanya, entah apa yang dipikirkannya saat itu. Keheningan mendekap mereka, Ririn merasa bersalah telah berkata seperti itu.
“Are you ok?” tanya Ririn khawatir
Raihan tak menjawab, ia masih menunduk dan terdengar dengan jelas suara desahan nafasnya. Ririn hanya terdiam, ia tidak tahu harus melakukan apa. Hingga akhirnya Raihan mengangkat wajahnya dan tersenyum simpul memandang Ririn.
“Aku baik-baik saja kok! Dan sekarang aku harus kumpul nih! Ntar kalau kumpulin pr kimia tolong kumpulin aku juga ya, buku aku ada di tas!” ucap Raihan sambil berlalu
“Kamu baik-baik saja kan?” teriak Ririn
Raihan berbalik dan hanya tersenyum manis tanpa mengeluarkan sedikitpun kata-kata. Ririn merasa sangat bersalah dan menyalahkan dirinya, tapi ia yakin kalau Raihan pasti akan kembali ceria seperti biasanya.
***
Semua murid dan guru berkumpul menjadi satu di lapangan fuutsall, sebentar lagi tim fuutsall kebanggaan sekolah akan bertanding melawan tim fuutsall SMK 1. Seperti biasanya jika ada acara yang menyangkut sekolah, OSIS selalu sigap dan siap dalam segala hal.
Raihan terlihat sibuk mondar-mandir dari lapangan keruang OSIS, entah apa yang dia lakukan. Sedangkan Ririn hanya memperhatikannya dari kejauhan, kadangkala ia merasa kasihan melihat Raihan yang selalu sibuk dan seakan tidak ada waktu untuknya istiharat. Tapi bukan namanya Raihan jika cepat lelah dan menyerah.
Sebentar lagi pertandingan akan dimulai, semua murid yang jadi tim supporter siap dengan yel-yel masing-masing. Pertandingan berjalan dengan lancar, hingga tim lawan berhasil menjebolkan gawang tim kebanggaan sekolah. Dan sontak saja semua supporter berteriak kecewa.
Pertandingan terus berjalan dengan alot, hingga tim kebanggaan sekolah menderita kekalahan 4-6. Semua murid dan juga guru kecewa dengan kekalahan itu.
“Ahh apa nggak seru! Kalah di kandang sendiri apalagi besok di kandang lawan!” celetuk salah satu murid yang kecewa dengan kekalahan tim sekolah
Raihan hanya diam mendengar semua pendapat masing-masing temannya yang berbeda-beda itu.
***
Seperti biasanya jika tidak ada guru, Raihan selalu menyempatkan dirinya untuk membaca novel yang dipinjamnya dari Ririn. Raihan memilih untuk menyendiri di pojok kelas biar nggak ada yang mengganggunya membaca novel. Ririn yang baru kembali dari kantin bingung sendiri mencari-cari Raihan, diedarkannya pandangannya, tapi tetap saja ia tidak menemukan sosok Raihan.
“Eh Nan, liat Raihan nggak?” tanyanya ke Nanda yang lagi khusuk ngotak-atik laptopnya
Mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk “Nggak tau, mungkin dibelakang atau perpus!” jawabnya singkat
Ririn menarik nafas berat mendengar jawaban Nanda yang sedikit acuh. Hingga ia akhirnya memutuskan untuk mencari Raihan disetiap pojok kelas yang sebenarnya tidak terlalu luas itu.
“Tuh dia ni anak!” melihat Raihan duduk dipojok belakang kelas
Ririn menghampiri Raihan yang sedang khusuk membaca novel.
“Disini ternyata kamu!” ucap Ririn setelah disamping Raihan
“Emang kenapa?” tanya Raihan tanpa menoleh
“Nggak ada sih, aku cari kamu aja!”
“Oh”
Ririn membuka snack yang tadi dibawanya “Mau nggak?” menawarkan Raihan
“Nggak makasih Rin”
Mereka kembali pada kesibukan mereka masing-masing, hingga Ririn kembali membuka pembicaraan.
“Eh ya kamu udah tau belum tentang Angga” setengah berbisik
“Angga?” menatap Ririn dan mengerutkan keningnya
“Ya Angga” jawab Ririn mantap
“Ada apa dengan dia?” menutup novel yang dibacanya dan membenarkan cara duduknya
“Dia udah putus sama Anya!”
“Kok bisa?”
“Nggak tau juga, tapi kata temen-temen itu sih mereka udah nggak ada kecocokan lagi. Terus kalau katanya Lala sih…..”
“Lala? Lala yang mana?” memotong ucapan Ririn
“Nggak usah motong pembicaraan orang dulu napa! Lala temennya Anya itu loh..”
“Oh terus?”
“Katanya sih Angga mau sendiri dulu, tapi kalau feelingnya Lala sendiri Angga itu lagi suka sama cewek lain”
“Oh gitu! Terus hubungannya ama aku apa?”
“Ya ini kesempatan kamu deketin Angga lah!”
“Nggak ah, aku nggak mau dicap sebagai cewek perusak hubungan orang. Lagian aku juga udah seneng bisa deket kayak gini sama Angga!”
“Deket? Deket gimana maksud kamu?” tanya Ririn tak mengerti
“Emang aku nggak pernah cerita ya?” ucap Raihan balik nanyak
Ririn menggelengkan kepalanya.
“Ya udah aku certain sekarang!”
Raihan menarik nafas panjang dan mulai menceritakan semua yang dialaminya beberapa minggu terakhir ini tentang kedekatannya dengan Angga, yang mulai membuatnya merasakan sesuatu yang berbeda dengan Angga.
“Jadi kamu udah deket sama dia?”
Raihan mengangguk pelan dengan senyuman manis menghiasi bibir mungilnya. Rasa yang berbeda itu kembali memeluknya dengan hangat, entah kenapa setiap kali ia mendengar nama Angga, cerita tentang Angga, ngomong bareng Angga, ia selalu merasa bahagia.
***
Hari-hari berlalu seperti biasa, namun sesuatu yang baru mulai menghampiri diri Raihan. Kedekatannya dengan Angga akhir-akhir ini membuat dirinya semakin memiliki rasa sayang untuk Angga. Hingga hari ini ia benar-benar tidak menyangka akan apa yang barusan dikatakan Angga. Angga menyatakan cintanya setelah cukup lama kedekatan ini ia jalani.
“Aku sebenarnya suka sama kamu Rai, mau nggak kamu jadi pacar aku?”
Begitulah kata yang diucapkan Angga tadi sore, ditaman depan sekolah dengan suasana yang cukup romantis. Hujan gerimis yang turun sedang dengan rona awan yang merah keorange yang membuat suasana sore itu menjadi romantis menurut Raihan.
“Aku… Aku nggak tau Ngga, kasih aku waktu untuk berpikir dulu!”
“Tenang aja Rai, aku juga nggak mau kamu nerima aku karena terpaksa, aku siap kok nunggu kamu sampai kamu mau nerima aku!”
Semua yang mereka bicarakan tadi sore masih saja terngiang di telinga Raihan. Kini Raihan bingung harus menjawab apa. Jika ia menerima Angga, berarti ia telah melanggar sumpah OSIS dan sudah menghancurkan hati Anya, tapi perasaannya tidak bisa disembunyikan lagi.
Tapi, kalau dia tidak menerima Angga, ia takut untuk mengecewakan Angga dan juga tentunya hatinya sendiri. Di tengah kebingungan hati dan pikirannya untuk menentukan keputusan apa yang akan diambilnya, hpny berdering yang menandakan ada telpon masuk.
Diraihnya hp yang ada diatas meja belajarnya, dilihatnnya nama yang tertera dilayar  monitor hpnya. “Ririn, kebetulan dia nelpon” batin Raihan.
“Halo… Ada apa Rin?” ucap Raihan menyapa duluan
“Halo juga, nggak ada apa-apa. Cuma mau nanyak kamu lagi dimana?”
“Dirumah, ada apa?”
“Aku kesana ya, ada yang mau aku omongin!”
“Ya udah aku tunggu!”
Raihan menutup telponnya, belum saja Raihan menaruh kembali hpnya, Ririn sudah saja nongol didepannya.
“Loh kok kamu udah di sini? Bukannya tadi baru mau jalan ya?”
“Hehehehe…. Aku udah ada didepan rumah kamu dari tadi tau, terus mau jalan kekamar kamu!”
“Oh, tapi lain kali jangan kayak gini lagi, bikin kaget aja! Eh ya, katanya mau ngomong, mau ngomongin apa?”
“Mau nanyak, kata temen-temen itu tadi sore kamu ditembak Angga ya?”
“Ditembak? Ya matilah aku kalau ditembak!” jawabnya sedikit bercanda
“Nggak usah becanda deh! Serius nih!”
“Ya ya, udah!”
“Terus?”
“Terus apa?”
“Kamu terima dia apa nggak?”
“Belum aku jawab!”
“Kenapa?”
“Ya begitulah!”
Pembicaraan mereka terus berlarut tentang Angga hingga larut malam. Mereka bertukar pendapat tentang pandangan mereka terhadap Angga, Anya dan teman-teman yang lainnya jika mereka tahu kalau Raihan dan Angga pacaran.
“Jangan dengerin kata orang ok! Yang jalanin itu semua kamu, bukan mereka! Jangan dijawab aku mau pulang, sampai ketemu besok pagi!” ucap Ririn akhirnya setelah perdebatan panjang mereka tentang Angga.
“Ya udah hati-hati!”
Ririn akhirnya pulang dan Raihan kembali larut dalam kebingungan hati dan pikirannya. Pilih Angga atau Organisasi. Raihan masih bingung ! Ia mencoba untuk tidak memikirkan hal itu, hingga ia terlelap dalam tidur indahnya.
***
Hari yang sudah dijanjikan Raihan untuk menjawab pertanyaan Angga tempo hari sudah tiba, sebenarnya ia masih bingung untuk manjawab apa, tapi Ririn selalu mencoba untuk meyakinkannya untuk menerima Angga.
“Aku tunggu kamu nanti pulang sekolah ya!” ucap Angga saat mereka berpapasan
Raihan tidak konsen mengikuti pelajaran dari jam ketiga sampai terakhir, ia terlalu gelisah dengan apa yang akan terjadi nanti.
“Udahlah tenang aja, semua akan baik-baik aja kok!” ujar Ririn menenangkannya.
Raihan mencoba untuk mengikuti saran Ririn agar tidak terlalu khawatir dan grogi, tapi tidak bisa. Hingga akhirnya bel pulang berdering, Raihan semakin tidak bisa tenang, jantungnya berdegup tak menentu, tangannya dingin sedingin es. Ririn hanya tersenyum simpul melihat kelakuan sahabatnya itu.
“Kamu itu kayak orang yang mau pergi olimpiade aja!”
“Udah ah diem aja!”
“Ya ya”
Raihan melangkahkan kakinya menuju taman belakang dimana Angga telah menunggunya didampingi Ririn, namun Ririn hanya sampai gerbang saja.
“Udah sana jalan! Ganbatte!”
Raihan mengangguk, ia berjalan mendekati Angga dan menyentuh pundak Angga dengan pelan hingga mampu membuat Angga sedikit terkejut.
“Eh Rai.. Ayo duduk!”
Raihan mengikuti kata Angga. Mereka berdua terdiam cukup lama hingga Raihan memberanikan dirinya untuk bicara duluan.
“Masalah yang tempo hari…..”
“Ya….” Penasaran menunggu ucapan Raihan selanjutnya
“Aku mau…”
“Yes!”
Raihan tersenyum melihat ekspresi Angga yang seperti anak kecil yang menang pertandingan bola.
“Tapi, kamu harus janji buat nggak kasih tahu siapa-siapa!”
“Janji!”
Hari ini menjadi hari yang paling membahagiakan bagi Raihan dan Angga, namun diam-diam Raihan masih menyimpan rasa takut, takut karena telah melanggar sumpah OSIS, takut dicap sebagai cewek penghancur hubungan orang dan takut jika suatu saat nanti ia harus dikeluarkan dari OSIS.
***
Hari terus berganti tanpa jeda, hubungan Raihan dengan Angga semakin harmonis, namun kedekatan mereka membuat teman-teman sekolah maupun Raka siketua OSIS menyimpan seribu pertanyaan dan kecurigaan.
Kecurigaan teman-temannya dirasakan oleh Raihan, namun apa yang harus dilakukannya, nasi sudah menjadi bubur. Kini Raihan tinggal menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya pada dirinya.
Benar saja, hari ini semua anggota OSIS diharuskan kumpul diruang secretariat OSIS tanpa terkecuali. Raihan merasa akan ada sesuatu yang buruk terjadi padanya, ia mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri dan selalu berpikir positif, namun tidak bisa. Raihan terus gelisah, hingga waktu yang telah ditentukan untuk berkumpul diruang sekretariat tiba.
“Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada kalian semua karena sudah menyempatkan diri hadir dalam rapat hari!.... Langsung saja, hari ini kita akan membahas tentang masalah pelanggaran sumpah OSIS!” ujar Raka siketua OSIS membuka rapat.
Deg… Jantung Raihan berhenti berdetak satu detik dan berdetak tak menentu, fillingnya tentang hal ini akan terjadi benar-benar terjadi. Raut wajah Raihan yang tadinya seperti biasa langsung berubah pucat pasi, telapak tangannya dingin sedingin es dan jantungnya berdetak tak karuan.
“Kamu nggak apa-apa kan Rai?” tanya Ita yang duduk di sebelahnya
“Nggak apa-apa kok, cuma pusing sedikit aja!” bohongnya
Rapat terus berlanjut sampai tiba pada titik permasalahannya yang membuat Raihan semakin tidak tenang, sedangkan Angga yang sesekali dilirik Raihan terlihat tetap tenang seperti tidak akan terjadi apa-apa.
“Mungkin teman-teman sesama anggota OSIS juga merasakan apa yang seperti saya rasakan!” ucap Raka
“Kalau boleh saya tau itu apa ya pak ketua?” tanya Bagas pura-pura tidak tahu.
“Anda jangan pura-pura tidak tau seperti itu! Kita semua disini itu sudah tau yang sebenarnya!” ucap Raka melihat Angga dan Raihan bergantian.
Raihan menatap Angga yang sedari tadi diam dengan sekilas dan buru-buru menundukkan kepalanya.
“To the poin aja Raka!” ucap Sisil
Raka mengangguk mantap “Ok, to the poin aja yah! Kita semua disini sudah tau apa yang sebenarnya terjadi diantara kalian…” menggantungkan ucapannya dan milihat Angga dan Raihan bergantian.
“Saya rasa kalian berdua tau apa yang saya maksudkan, dan sekarang kalian akan memilih, apakah kalian akan tetap jadi anggota OSIS dan kalian hanya berteman atau diantara kalian ada yang ingin mengundurkan diri?” tanya Raka tegas
Raihan kaget mendengar perkataan Raka, kini ia harus memilih salah satunya, sedangkan ia masih ingin menjadi anggota OSIS dan tidak mungkin juga harus putus dengan Angga. Sedangkan Angga tetap saja diam, seakan ia tidak mau tahu dengan apa yang terjadi sekarang.
Tanpa terasa air mata mengalir membasahi pipi Raihan, ia tidak tahu harus melakukan apa. Semua anggota OSIS yang hadir hanya diam, diantara mereka belum ada yang berani angkat bicara, mereka masih menunggu keputusan Angga dan Raihan. Cukup lama kebisuan mencekam mereka, hingga akhirnya Raihan angkat bicara.
“Jujur, aku bingung harus memilih yang mana, ini adalah pilihan yang berat. Menjadi anggota OSIS, aku masih mau. Sedangkan harus menjadi teman biasa…” menarik nafas panjang “aku belum bisa!”
Raka melihat Angga “Terus bagaimana dengan anda?”
“Aku tidak tau, aku juga bingung!” jawab Angga singkat
“Anda itu laki-laki, jadi anda harus bisa memilihnya !” jawab Raka tegas
Baik Angga maupun Raihan tidak ada yang berbicara, mereka hanya diam. Raihan masih menangis sesenggukan, ia tidak bisa menjawab apapun.
“Jika diantara kalian tidak ada yang bisa menjawabnya, berarti salah satu diantara kalian harus ada yang mengundurkan diri!” ucap Raka akhirnya
Raihan semakin menitikkan air mata, ia sudah tidak sanggup lagi mendengar semua kata-kata yang keluar dari bibir sang ketua. Raihan ingin sekali rasanya keluar dari ruangan ini, namun ia tidak mampu, ia yang telah mengambil keputusan untuk menjalani hubungan ini dengan Angga dan sekarang ia harus berani menanggung semua akibatnya.
“Aku akan mengeluarkan diri dari keanggotaanku di OSIS! Dan aku minta maaf jika perbuatanku selama ini membuat kalian kecawa, sekali lagi aku minta maaf!” ucap Raihan akhirnya
Raihan berlari keluar meninggalkan ruangan secretariat. Angga ingin mengejarnya, namun dihalangi oleh Ita dan Bagas.
“Biarkan saja dia sendiri dulu, mungkin hal ini belum bisa dia terima!” ucap Bagas
Angga mengurungkan niatnya dan kembali duduk ditempatnya semula, namun jujur dari hatinya yang terdalam ia merasa bersalah. Ini semua sepenuhnya bukan salah Raihan, namun dirinya, karena dirinya lah yang lebih dulu menceritakan ini semua kepada Bima sahabatnya, dan mungkin saja ada yang mendengarnya.
Sedangkan Raihan masih terpuruk dengan ini semua, ia masih belum bisa menerima kenyataan yang sebenarnya. Meskipun ia telah rela melepaskan jabatannya di OSIS, ia juga harus rela melepaskan Angga, orang yang dicintainya. Namun Raihan tetap berusaha menerima ini semua dengan sabar.
“Mungkin ini semua sudah takdirku dan mungkin juga Angga bukanlah yang terbaik untukku. Aku tidak boleh terus terpuruk seperti ini, aku harus bangkit! Aku akan membuktikan kalau aku bisa tanpa Angga!” tekad Raihan.
Memang ini bukanlah hal yang mudah bagi Raihan, namun ia tetap harus menerimanya. Biarlah ia merelakan cintanya kandas oleh organisasi ini, asalkan semuanya kembali seperti sediakala dan tidak ada lagi kesalah pahaman diantara teman-temannya.
“Cinta tidak selamanya harus saling memiliki, namun cinta yang sejati adalah cinta yang diberikan tanpa berharap ia kan membalasnya.”

SEKIAN

PRAKARTA
Alhamdulillah akhirnya cerpen yang nggak terlalu panjang ini jadi juga, setelah kurang lebih 1 minggu peras otak untuk menempatkan kata-kata yang tepat dan merangkainya menjadi cerpen ini (lebay banget, banget aja nggak lebay… hahahay).
Aku nulis cerpen ini karena terinspirasi dari kisah teman-teman kita di OSIS, ini kisah nyata loh ! Meski hanya 80% nya sih, tapi nggak apa-apa yang penting jadikan. Thanks ya buat kalian yang udah memberikan aku inspirasi yang berharga ini. And sorry banget ya kalau aku nggak ngomong dulu sama kalian kalau aku udah ambil kisah kalian jadi cerpen aku.
Terus thanks juga buat si ketua OSIS, M. Zakaria karena udah baik banget kasih tau tentang masalah yang menyangkut OSIS meski hanya sedikit, tapi itu berguna banget buat cerpen aku ini. Terus buat temen aku yang aku samarin namanya jadi Angga, Anya dan Raihan, sory banget ya kalau kisah yang aku tulis ini agak melenceng dari kisah kalian yang sebenarnya, karena aku takut kalau aku tulis cerita yang aslinya, ntar identitas kalian ketahuan donk !
And yang terakhir,, aku sayang sama kalian semua!!!
 

Share this article :
 
Support : Perangkat Kurikulum 2013 | Materi PKn SMA-MA | Tips Blogger-Herbal-Gadget
Copyright © 2011. www.man1praya.com - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger