Oleh
Selamat Anwar Sadat
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Mataram
Kondisi
Manusia Modern
Kondisi manusia modern di zaman yang serba instant ini sungguh memperihatinkan, karena seiring kemajuan iptek dengan segala ragamnya ternyata tidak berhasil mengangkat harkat kehidupan manusia. Yang terjadi justru sebaliknya, banyak terjadi kegelisahan-kegelisahan dan semakin tidak bermaknanya kehidupan serta hampanya nilai spiritual. Salah seorang pemikir islam Indonesia yaitu Dr. Zakiah Darajat dalam bukunya Peranan Agama dalam Kesehatan Mental (1985) melukiskan bahwa : “ Seharusnya kondisi dan
hasil kemajuan itu membawa kebahagiaan yang lebih banyak kepada manusia dalam hidupnya. Akan tetapi sesuatu kenyataan yang menyedihkan ialah bahwa kebahagiaan itu ternyata semakin jauh, hidup semakin sukar dan kesukaran-kesukaran material berganti dengan kesukaran mental (psychis). Beban jiwa semakin berat, kegelisahan dan ketegangan serta tekanan perasaan lebih terasa dan lebih menekan sehingga mengurangi kebahagiaan.”
Kondisi manusia modern di zaman yang serba instant ini sungguh memperihatinkan, karena seiring kemajuan iptek dengan segala ragamnya ternyata tidak berhasil mengangkat harkat kehidupan manusia. Yang terjadi justru sebaliknya, banyak terjadi kegelisahan-kegelisahan dan semakin tidak bermaknanya kehidupan serta hampanya nilai spiritual. Salah seorang pemikir islam Indonesia yaitu Dr. Zakiah Darajat dalam bukunya Peranan Agama dalam Kesehatan Mental (1985) melukiskan bahwa : “ Seharusnya kondisi dan
hasil kemajuan itu membawa kebahagiaan yang lebih banyak kepada manusia dalam hidupnya. Akan tetapi sesuatu kenyataan yang menyedihkan ialah bahwa kebahagiaan itu ternyata semakin jauh, hidup semakin sukar dan kesukaran-kesukaran material berganti dengan kesukaran mental (psychis). Beban jiwa semakin berat, kegelisahan dan ketegangan serta tekanan perasaan lebih terasa dan lebih menekan sehingga mengurangi kebahagiaan.”
Kondisi seperti yang disebutkan diatas diakibatkan oleh beberapa faktor yang kini amat mempengaruhi cara berfikir manusia modern. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1) Kebutuhan hidup yang meningkat, terutama kebutuhan yang berkaitan dengan materi, kekayaan dan prestise, telah membuat manusia menghabiskan seluruh waktunya untuk mengejar kesenangan duniawi, tanpa meluangkan waktunya sedikit pun untuk memenuhi kebutuhannya yang bersifat spiritual. Dampak dari fenomena ini adalah kehidupan akan dipenuhi ketegangan (tension), ketidakpastian dan kegelisahan. Kegelisahan (anxiety) inilah yang akan menghilangkan kemampuan untuk merasa bahagia dalam menjalani kehidupan.
2) Rasa individualitas dan egois. Meningkatnya kebutuhan-kebutuhan hidup menyebabkan manusia seperti terasing dan terlepas dari ikatan sosial. Orang lebih memikirkan diri sendiri dan ketergantungannya kepada orang lain tidak terlepas dari pertimbangan untung rugi yang bersifat kebendaan. Akibatnya tentu hubungan yang terjalin antar sesama tidak berdasarkan kasih sayang yang dimana itu akan membawa kepada munculnya rasa kesepian ditengah tengah orang banyak. Bersama orang banyak tetapi merasa sepi. Sungguh memperihatinkan.
3) Persaingan gaya hidup. Sikap yang mementingkan diri sendiri yang terjadi akan berakibat pula timbulnya persaingan dalam hidup khususnya persaingan dalam mencari kekayaan materi yang dimana dalam persaingan tersebut sering terjadi hal-hal yang tidak sehat, dan bahkan tidak segan-segan saling menjatuhkan, memfitnah dan perbuatan tidak terpuji lainnya, atau dalam kehidupan sehari-hari sering kita kenal dengan istilah kawan jadi lawan.
4) Keadaan yang tidak stabil. Kegelisahan dan ketidaktentraman dalam kehidupan masyarakat dapat pula mempengaruhi keadaan sosial, politik dan ekonomi. Seperti misalnya kegoncanagn politik akan membawa akibat kehilangan rasa aman, karena setiap saat bahaya akan mengancamnya. Contoh realnya yang kita lihat sekarang ini seperti masalah korupsi yang dimana para pelakunya sampai pergi keluar negeri untuk bersembunyi karena takut dicari-cari KPK untuk dimintai sebagai saksi atau untuk sekedar diperiksa dan ada juga yang sampai serangan jantung ketika sudah menjadi tersangka. Demikian juga krisis ekonomi, akan menimbulkan kegelisahan dan keresahan dalam masyarakat karena ada rasa takut kalau kebutuhan pokoknya tidak terpenuhi.
5) Mengagungkan Ilmu pengetahuan. Kondisi masyarakat yang mengagungkan ilmu pengetahuan juga berdampak kepada ketidaktenangan jiwa karena pengaruh dari terlalu mengagung-agungkan ilmu pengetahuan akan membawa orang menjadi lengah kepada agama, yang dahulu diyakini sebagai pengendali moral dan tingkah laku. Seperti sekarang ini sebagaimana yang sering kita lihat dan baca di media masa bahwa segi-segi logika lebih ditonjolkan dan segala sesuatu hanya diukur secara ilmiah. Sedangkan segala pengetahuan yang tidak bisa diukur dengan metode ilmiah ditolaknya, termasuk pengetahuan yang bersumber pada agama. Akibat dari fenomena yang terjadi demikian, maka manusia modern yang merupakan masyarakat yang bisa dibilang telah mencapai tingkat kemakmuran materi sedemikian rupa dengan perangkat teknologi yang serba mekanis dan otomatis, bukannya semakin mendekati kebahagiaan hidup, melainkan sebaliknya kian dihinggapi rasa cemas justru akibat kemewahan hidup yang diraih. Sehingga tanpa disadari mereka telah mulai meninggalkan nilai-nilai agama menuju pemujaan ilmu dan teknologi.
Kondisi manusia modern yang sedemikian itu, tentunya mengabaikan kebutuhan yang paling mendasar yang bersifat spiritual, sehingga mereka tidak bisa menemukan ketentraman batin, yang berarti tidak adanya keseimbangan dalam diri. Terlebih lagi apabila tekanannya pada kebutuhan materi kian meningkat yang semakin menyebabkan keseimbangan akan semakin rusak atau dengan kata lain kebutuhan jasmani dan rohani akan semakin tidak seimbang.
Agama dan Kesehatan jiwa sebagai psikoterapi
Menurut Zakiah Daradjat, kesehatan mental mempunyai beberapa tingkatan definisi, mulai dari yang khusus sampai yang bersifat umum. Definisi itu antara lain :
Pertama, kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari segala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psikose). Menurut definisi ini, orang yang sehat mentalnya adalah orang yang terhindar dari segala gangguan dan penyakit jiwa.
Kedua, kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta dengan lingkungan sosialnya. Karena kesanggupan untuk menyesuaikan diri itu akan membawa orang pada kenikmatan hidup, ketentraman dan kebahagiaan.
Ketiga, kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, sikap, pandangan dan keyakinan serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problema-problema yang biasa terjadi serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik).
Keempat, kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa.
Dari keempat definisi mengenai kesehatan mental diatas maka dapat disimpulkan bahwa pribadi yang sehat mentalnya itu mempunyai tolak ukur, diantaranya : (1). Bebas dan terhindar dari gangguan dan penyakit kejiwaan. (2). Mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungan sosialnya setelah mampu menyesuaikan dirinya sendiri terlebih dahulu. (3). Dapat memfungsikan fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, sikap, pandangan serta mampu mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang dibawa sejak lahir untuk hal-hal yang bermanfaat.
Yang menjadi hakekat manusia adalah al-nafs (jiwa), karena jiwa itulah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Agar jiwa manusia bisa baik, begitu juga perbuatan lahiriahnya, maka manusia membutuhkan agama. Agama mengajarkan cara-cara yang ditentukan Allah untuk kehidupan manusia. Tanpa agama, jiwa manusia tidak mungkin dapat merasakan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidup. Jadi, agama dan percaya pada Tuhan adalah kebutuhan pokok manusia yang akan menolong orang dalam memenuhi kekosongan jiwanya.
Dalam Al-Qur’an dan hadis telah jelas disebutkan bahwa manusia ketika lahir telah dibekali oleh Allah dengan adanya fitrah beragama, seperti dalam surat Ar-Rum ayat 30 : “Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah. Tetaplah pada fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah tersebut, tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama Allah yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Dalam hadis juga disebutkan : “Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah (kecenderungan percaya kepada Allah), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi.”
Dari uraian diatas maka saya dapat menyimpulkan bahwa dizaman yang serba instan ini meskipun kemajuan iptek makin hari makin canggih ternyata tidak bisa membuat manusianya bahagia terutama menyangkut masalah kejiwaannya. Malah kenyataan yang terjadi adalah jiwanya semakin gelisah dan tidak tenang. Untuk itu sangat diperlukan suatu ketenangan jiwa dalam menghadapi zaman modern seperti sekarang ini yang tiada lain dan tiada bukan jalan satu-satunya yang harus ditempuh adalah kembali kepada agama karena ketenangan jiwa dapat diraih dengan kembali kepada agama. Di dalam agama terdapat petunjuk dalam menjalani hidup, penolong dalam kesukaran, bisa menentramkan batin (jiwa) dan sebagai pengendali moral yang diharapkan bisa melahirkan sifat-sifat terpuji atau dalam istilah agama disebut dengan akhlak mahmudah dan menghindarkan diri dari sifat-sifat tercela atau akhlak mazmumah, sehingga kondisi kesehatan jiwa benar-benar terwujud.