Home » » Stratifikasi Sosial Masyarakat Suku Sasak dalam Perspektif Islam

Stratifikasi Sosial Masyarakat Suku Sasak dalam Perspektif Islam

Written By MAN 1 PRAYA on Rabu, 14 Oktober 2015 | 23.39


Oleh

Selamat Anwar Sadat

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama islam, IAIN Mataram

Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat bagaimana anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya. Status yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat ada yang didapat dengan suatu usaha (achievement status), dan ada yang didapat tanpa suatu usaha, tetapi berdasarkan keturunan (ascribed status). Sistem lapisan masyarakat dalam ilmu sosiologi dikenal dengan social stratification. Kata stratification berasal dari kata stratum (jamaknya: strata yang berarti lapisan). Pitrin A. Sorokin dalam Muhammad Harfin Zuhdi menyatakan bahwa social stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara hierarkhis (bertingkat), yang pada akhirnya menempatkan setiap individu pada kelas sosial yang sesuai berdasarkan kualitas yang dimiliki. Stratifikasi dapat terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari proses pertumbuhan masyarakat, juga dapat dibentuk untuk tercapainya tujuan bersama.

Secara teoritis, semua manusia dianggap sederajat, namun sesuai dengan realitas adanya lapisan sosial dalam masyarakat, kenyataan strata sosial tidak dapat dihindarkan. Hal ini sangat mungkin oleh karena pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian dari sistem sosial setiap masyarakat. Soerjono Soekanto dalam bukunya Sosiologi: Sutau pengantar menyatakan bahwa social stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau sistem berlapis-lapis dalam masyarakat. Stratifikasi sosial merupakan konsep sosiologi, dalam artian kita tidak akan menemukan masyarakat seperti kue lapis, tetapi pelapiasan adalah suatu konsep untuk menyatakan bahwa masyarakat dapat dibedakan secara vertikal menjadi kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah berdasarkan kriteria tertentu.

Perkembangan masyarakat selanjutnya menuju masyarakat yang semakin modern dan kompleks, maka stratifikasi sosial yang terjadi dalam masyarakat akan semakin banyak. Menurut Soerjono Soekanto, selama dalam suatu masyarakat ada sesuatu yang dihargai, maka hal tersebut akan menjadi bibit yang dapat menimbulkan adanya sistem berlapis-lapis yang ada dalam masyarakat. Sesuatu yang dihargai dalam masyarakat boleh jadi berupa uang atau benda-benda yang bernilai ekonomis, atau bisa juga berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan dalam agama, dan garis keturunan dari keluarga yang terhormat.

Dengan demikian, tinggi rendahnya seseorang dalam sebuah sistem stratifikasi sosial tergantung pada status sosial yang dimiliki. Status sosial yang disandang oleh seseorang diperoleh berdasarkan "penialain dan pengakuan dari masyarakat yang ada di lingkungan sekitarnya". Dalam hubungan ini, sosiolog Talcott Parsons dalam Muhammad Harfin Zuhdi menyebutkan adanya kriteria yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan tinggi rendahnya status sosial seseorang, yaitu : (1) kelahiran, seperti ras, jenis kelamin, kebangsawanan, dan sebagainya; (2) kualitas atau mutu pribadi, seperti : kecerdasan, kebijaksanaan, kekuatan, keterampilan, dan sebagainya; (3) prestasi, yakni karir seseorang dalam bidang pendidikan, jabatan, usaha, dan lain sebagainya; (4) kepemilikan atau kekayaan, yakni pencapaian seseorang dalam mengumpulkan harta kekayaan; (5) kekuasaan dan wewenang, yakni besar kecilnya kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain.

Konsep stratifikasi sosial suku sasak pada umumnya banyak ditentukan oleh susunan keluarga yang berasal dari perkawinan yang disebut nurut mama (baca: mame), artinya garis keturunan darah ditekankan pada laki-laki (garis bapak). Garis keturunan ini memberi pengaruh pada pembentukan lapisan sosial dan pola kekerabatan dalam sistem kemasyarakatan etnis suku sasak.

Stratifikasi sosial dalam etnis sasak dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) Pelapisan pertama, perwangsa raden adalah keturunan yang berasal dari keturunan raja dan pemimpin atau penguasa yang merupakan golongan paling berpengaruh, baik dalam bidang ekonomi, politik, maupun kepemimpinan. Raden adalah sebutan untuk laki-laki dan denda (baca: dende) untuk perempuan.

2) Pelapisan kedua, triwangsa lalu merupakan golongan yang berasal dari pimpinan rakyat tingkat rendah. Mereka ini mendapat gelar bangsawan karena keberanian dan keperkasaannya serta mempunyai hubungan dekat dengan datu (raja). Lalu merupakan sebutan untuk laki-laki dan baiq untuk perempuan. Kelas ini juga dikenal dengan sebutan permenak atau perlalu.

3) Pelapisan ketiga adalah jajar karang dan umumnya dikenal dengan panggilan amaq atau loq untuk laki-laki dan le untuk perempuan. Kelas jajar karang adalah kelompok mayoritas suku sasak di Lombok.

Kalau kita melihat dari sistem stratifikasi etnis Lombok diatas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa stratifikasi yang disandang itu diperoleh melalui keturunan yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Artinya bahwa dalam masyarakat suku sasak meskipun akhlaknya tidak baik tetapi berasal dari keturunan yang terpandang dalam hal ini karena bapaknya adalah orang yang terpandang (mempunyai strata) maka sesuai dengan konsep sasak yang mengikuti konsep nurut mama (baca: mame) maka tetap dianggap mempunyai strata karena mengikuti strata bapaknya.

Akibat dari hal tersebut maka dalam masyarakat suku sasak jangan heran jika menemukan keturunan anak perwangsa atau permenak memiliki perilaku atau akhlak yang tidak baik karena gelar yang diperoleh didepan namanya itu berasal dari bapaknya artinya semata-mata karena mengikuti gelar bapaknya.

Dalam konteks Islam tidaklah demikian. Derajat kemulian manusia tidaklah berdasarkan keturunan akan tetapi diusahakan oleh individunya masing-masing. Seorang anak yang lahir dari keluarga muslim atau mujahid, tidak berarti anaknya otomatis menjadi mujahid atau muslim dan mendapat tiket masuk Surga secara gratis. Ternyata tidak semudah itu kalau dalam agama islam. Orang-orang yang berhak masuk Surga adalah orang-orang yang beriman dan beramal Shaleh, sekalipun orang tuanya kafir, sebagaimana Nabi Ibrahim. Atau pula Nabi Nuh tidak berhak menurunkan derajat kemuliannya sebagai Nabi dan Rasul kepada anaknya, Kan'an yang seperti kita tahu menolak ajaran dari ayahnya.

Dengan demikian dalam al-Qur'an ada beberapa derajat kemuliaan manusia, diukur oleh sejauh mana upayanya dalam menggapai kemuliaan tersebut. Yaitu dari mulai manusia kal an'am/manusia layaknya binatang (Qs 7 : 179), sebagai berikut :

Artinya : "Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.











Sebagai manusia yang berperadaban – Abid/hamba Allah (Qs 2 : 21),



 ••          

21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.



Muttaqin (orang yang bertakwa ) ( Qs 49 : 13).

 •     

13. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.



Dalam ajaran islam, derajat seseorang itu akan di tinggikan oleh Allah Swt. Karena keimanan dan ilmu pengetahuannya, seperti dalam firmannya sebagai berikut :



         

11. Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.



Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa yang pertama disebut adalah beriman terlebih dahulu baru ilmu pengetahuan. Maksudnya adalah dengan keimanan yang telah dimiliki menjadi pembimbing/penunjuk seseorang supaya tidak menyalahgunakan ilmu pengetahuan yang mereka miliki.

Dari berbagai penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada dalam islam yang menjelaskan bahwa adanya stratifikasi dalam masyarakat apalagi yang memberikan stratifikasi itu adalah masyarakat itu sendiri, dalam islam yang berhak memberikan stratifikasi hanyalah Allah Swt. Tuhan pencipta manusia. Meskipun di dalam islam ada stratifikasi yang disebut derajat akan tetapi cara memperolehnya berbeda dengan cara memperoleh stratifikasi di dalam masyarakat. Khususnya dalam masyarakat yang dimana strata itu bisa diperoleh karena keturunan yang menggunakan konsep nurut mama (baca: mame) yang artinya mengikuti garis keturunan bapak yang berarti bahwa apabila bapaknya mempunyai strata maka anaknya juga mengikuti strata bapaknya.

Sedangkan dalam islam strata atau derajat yang diberikan oleh Allah Swt. itu tergantung dari usaha masing-masing artinya tidak seperti konsep dalam masyarakat suku sasak yang mengikuti garis keturunan bapaknya. Derajat itu diperoleh dari usaha kita sendiri atau manusia itu sendiri. Kalau mengikuti ayat diatas yaitu seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an surat Al-Mujadilah ayat 11 maka derajat seseorang itu ditentukan oleh keimanan dan karena ilmu pengetahuannya. Jadi, apabila mau disebut orang yang berderajat di sisi Allah Swt. Maka kita harus meningkatkan keimanan kita serta meningkatkan ilmu pengetahuan kita karena orang yang berilmu itu dibedakan oleh Allah dengan orang yang tidak berilmu. Seperti dalam firman-Nya sebagai berikut :



              

Artinya : Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui (berilmu) dengan orang-orang yang tidak mengetahui (tidak berilmu)?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
Share this article :
 
Support : Perangkat Kurikulum 2013 | Materi PKn SMA-MA | Tips Blogger-Herbal-Gadget
Copyright © 2011. www.man1praya.com - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger